GIGI PERSISTENSI



1.1         Persistensi

Persistensi gigi sulung adalah suatu keadaan dimana gigi sulung belum tanggal walaupun waktu tanggalnya sudah tiba. Gigi sulung yang dipertahankan melebihi waktu tanggalnya dengan kondisi mahkota, akar, dan tulang alveolar dengan pendukung yang baik dapat bertahan hingga bertahun-tahun, akan tetapi dapat menimbulkan beberapa masalah klinis termasuk periodontitis, karies, dan ankilosis. Persistensi gigi ini hanya terjadi pada masa pergantian gigi geligi yang dapat mengakibatkan terganggunya erupsi gigi permanen.

 

1.2         Etiologi

Gigi persistensi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain agenesis gigi permanen pengganti, ankilosis gigi sulung, erupsi ektopik, impaksi gigi permanen pengganti, tumor gigi yaitu odontoma, dan hipotiroid.

Anomali dentofasial berada pada urutan ketiga masalah rongga mulut setelah karies dan penyakit periodontal, salah satu anomali dentofasial adalah persistensi gigi sulung. Persistensi gigi adalah gigi sulung tidak tanggal sebagaimana mestinya, tetapi gigi permanen pengganti sudah tumbuh. Keadaan  ini  sering dijumpai  pada anak usia 6-12 tahun.



Rentang usia 6-12 tahun diyakini sebagai periode kritis pertumbuhan dan perkembangan dentofasial. Sebuah penelitian di Iraq tahun 2016 prevalensi persistensi mencapai presentase 3,71%.6 Selain itu, penelitian dalam negeri di Bangkalan, Jawa Timur menyatakan bahwa prevalensi gigi persistensi sekitar 20,85% dan paling banyak terjadi pada anak usia 10-11 tahun pada rahang bawah.

Persistensi pada pasien  anak perempuan lebih  banyak terjadi pada rahang bawah sedangkan pada pasien anak laki-laki lebih banyak terjadi pada rahang atas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatemeh pada tahun 2015 prevalensi tertinggi persistensi terjadi pada rahang bawah yaitu sebesar 66,23%. 

Persistensi gigi ini hanya terjadi pada masa pergantian geligi yang dapat mengakibatkan terganggunya erupsi gigi permanen. Pada periode gigi bercampur biasanya paling sering ditemukan gigi persistensi pada rahang bawah khususnya gigi insisivus dalam hal ini dapat menyebabkan gigi berjejal. 

Berdasarkan jenis kelamin dan regio lengkung rahang dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil yang sama pada pasien perempuan maupun laki-laki yaitu persistensi  banyak  terjadi  pada  gigi  anterior.  Hal  ini  kemungkinan  terjadi  karena  gigi permanen anterior cenderung erupsi ke arah labial untuk menggantikan gigi sulung dalam proses resorpsi. Akan tetapi pada gigi yang mengalami persistensi, resorpsi akar gigi sulung tidak terjadi secara normal dan terjadi penyimpangan arah erupsi gigi permanen. Apabila tiga perempat akar gigi permanen telah terbentuk dan siap untuk erupsi maka gigi permanen akan tetap melakukan gerakan aksial atau oklusal dengan mengubah arah erupsinya yaitu ke arah lingual gigi sulung yang belum eksfoliasi.

 

1.3         Dampak Gigi Persistensi

Gigi persistensi bila tetap berada didalam rongga mulut dapat menyebabkan beberapa masalah   seperti   maloklusi. Maloklusi   contohnya   gigi   berjejal,   dapat   meningkatkan akumulasi plak yang dapat memudahkan proses karies pada gigi sulung. Gigi sulung yang dipertahankan melebihi waktu tanggalnya dengan kondisi mahkota, akar, dan tulang alveolar dengan pendukung yang baik dapat bertahan hingga bertahun-tahun, akan tetapi dapat menimbulkan beberapa masalah klinis termasuk periodontitis, karies, dan ankilosis. Persistensi gigi ini hanya terjadi pada masa pergantian gigi geligi yang dapat mengakibatkan terganggunya erupsi gigi permanen.

Selain masalah klinis, masalah pada gigi sulung juga menyebabkan kesulitan untuk mengunyah, gangguan fonetik, gangguan estetika, bahkan dapat mempengaruhi penampilan anak.

 

1.4         Rencana Perawatan

Perawatan gigi anak harus memperhatikan segitiga perawatan gigi anak, dimana anak berada di puncak segitiga dan menjadi fokus perhatian keluarga dan dokter gigi. Di dasar segitiga sebagian besar adalah orang dewasa: keluarga anak dan seluruh dokter gigi. Keluarga anak dapat mempengaruhi perilaku gigi anak. Segitiga perawatan anak ini menunjukkan bahwa merawat anak-anak setidaknya merupakan hubungan 1:2 (yaitu, dokter gigi: anak dan orang tua).

            Perilaku anak pada kunjungan ke dokter gigi dapat dipengaruhi oleh variabel seperti usia, perilaku orang tua, kecemasan orang tua, riwayat medis dan gigi masa lalu, kesadaran akan masalah gigi mereka, jenis pengaturan gigi, manajemen perilaku dan teknik prosedural yang diikuti oleh dokter gigi. Teknik tell-show-do non-farmakologis yang terdiri dari penjelasan verbal tentang prosedur kepada pasien, demonstrasi untuk pasien tentang aspek (visual, auditori dan taktil) dari prosedur dan penyelesaian prosedur, tetap menjadi teknik yang paling umum digunakan di kedokteran gigi anak.

            Pencabutan gigi anak dengan kasus persistensi yang dialami pasien dilakukan dengan pencabutan teknik tertutup yang terdiri dari melepaskan perlekatan jaringan lunak dari gigi, luksasi gigi dengan elevator dental, adaptasi tang pada gigi, luksasi gigi dengan tang dan pengambilan gigi dari soket.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEDODONTIC TREATMENT TRIANGLE

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI SINGLE COMPLETE DENTUR

KATA SERAPAN