PEDODONTIC TREATMENT TRIANGLE


Komunikasi dokter gigi dengan pasien anak merupakan hubungan yang berlangsung antara dokter gigi, pasien anak dan orang tua pasien selama proses pemeriksaan atau pengobatan. Komunikasi sangatlah diperlukan terutama saat menangani pasien anak. Dalam hal ini seorang dokter gigi harus terus meningkatkan profesionalismenya dengan terus menganut konsep belajar sepanjang hayat. 

Kesehatan gigi dan mulut pada anak mempunyai peranan yang sangat penting karena merupakan bagian integral dari seluruh kesehatan dan pertumbuhan. Karena itu komunikasi yang efektif antara dokter gigi, anak dan orang tua pasien merupakan komponen yang penting agar dapat menumbuhkan kepercayaan pasien. Hubungan yang efektif antar ketiganya dapat mengurangi keraguan akan perawatan gigi pada anak. Bila dokter gigi tanggap pada respon anak dan orang tua atas informasi yang disampaikannya maka anak dan orang tua akan lebih terbuka dalam mendengar dan belajar. Pedodontic Treatment Triangle adalah gambaran hubungan antar komponen dalam segitiga perawatan pedodontik dimana setiap komponen saling berhubungan erat, posisi anak pada puncak segitiga dan posisi orang tua serta dokter gigi pada masing-masing sudut kaki segitiga. Garis menunjukan komunikasi berjalan dua arah antar masing komponen dan merupakan hubungan timbal balik.1,2







Pedodontic Treatment Triangle terdiri dari tiga komponen, yaitu: anak, orang tua, dan dokter gigi. Perbedaan umum antara perawatan pasien dewasa dan anak terletak pada teknik komunikasi. Teknik komunikasi antara pasien anak dan dokter gigi dalam kasusnya merupakan hubungan satu untuk dua, yang berarti anak menjadi fokus perhatian dokter gigi dan orang tua. Ini digambarkan pada penempatan anak pada segitiga dimana anak menempati puncak dari segitiga dan menjadi fokus dari perhatian dokter gigi dan orangtua.3

Efek dari kematangan emosional pada tingkah laku anak dalam perawatan gigi adalah semua anak melewati masa tingkatan tertentu dari perkembangan mental dan emosi. Berdasarkan tingkatan usia ini tingkah laku anak dan psikologis anak yang terpola secara terus-menerus menjadi berubah. Penting untuk mengidentifikasi tingkatan usia psikologis sebagai panduan untuk mensukseskan perawatan gigi pada anak. skema tingkatan usia membantu untuk menghubungkan level dari kematangan emosional dengan rentang usia anak dalam perawatan gigi. Kematangan anak bisa dikelompokan mengikuti kronologis tingkatan usia sebagai berikut ini:

1.      Usia dua tahun : dalam usia ini kosakata dari anak bervariasi dari 15 sampai 1000 kata. Anak pada periode ini takut pada gerakan mendadak yang tidak terduga. Pergerakan mendadak pada kursi gigi (dental chair) tanpa peringatan akan menimbulkan rasa takut, cahaya yang terang juga terasa menakutkan bagi anak. Memisahkan anak pada usia ini dari orang tuanya sangat sulit. Sebisa mungkin anak pada periode usia dua tahun ditemani oleh orang tua atau pendamping selama berada di ruang perawatan.
2.    Usia tiga tahun : anak memiliki keinginan untuk berbicara dan mendengarkan, pada usia ini, sikap kooperatif muncul dan dokter gigi bisa mulai menggunakan pendekatan positif dengan anak tersebut.
3.   Usia empat tahun : seorang anak usia empat tahun umumnya mendengarkan dan  tertarik untuk menjelaskan, jika tidak diatur dengan baik pada beberapa situasi anak usia empat tahun bisa menjadi tidak patuh dan menentang.
4.    Usia lima tahun : ini merupakan periode dari penggabungan, dimana anak pada usia lima tahun senang melakukan aktifitas berkelompok dan siap berpartisipasi didalamnya dan mereka juga memiliki sedikit rasa khawatir bila terpisah dari orangtuanya saat melakukan perawatan gigi.
5.      Usia enam sampai duabelas tahun : biasanya anak pada usia ini bisa menangani ketakutan terhadap prosedur perawatan gigi karena dokter gigi bisa menjelaskan apa yang akan dilakukan dan alasan kenapa perawatan tersebut dilakukan.1,3

Posisi dokter gigi pada Pedodontic Treatment Triangle berada di sudut kiri bawah. Agar dapat tercipta komunikasi antar personal oleh dokter gigi dengan pasien anak dan orangtuanya, terdapat syarat yang harus dipenuhi yaitu:

1.      Positiveness (sikap positif) dokter gigi diharapkan mau menunjukan sikap positif pada pesan yang disampaikan oleh pasien anak atau orangtuanya seperti keluhan, usulan, pendapat, pertanyaan.
2.     Supportiveness ( sikap mendukung) ketika pasien atau orang tua pasien anak nampak ragu untuk memutuskan sebuah pilihan tindakan, maka dokter gigi diharapkan memberikan dukungan agar keraguan tersebut berkurang atau bahkan hilang.
3.      Equality (keseimbangan antar pelaku komunikasi) yang dimaksud dengan kesamaan atau kesetaraan adalah bahwa diantara dokter gigi , pasien, dan orang tua pasien tidak boleh ada kedudukan yang sangat berbeda misalnya dokter yang menguasai semua keadaan dan pasien yang tidak berdaya.
4.      Openess (sikap dan keinginan untuk terbuka) dokter gigi bila perlu juga mengatakan kesulitan yang dihadapinya saat menangani masalah pasien. Dengan keterbukaan komunikasi ini maka akan terbangun kepercayaan dari pasien anak dan orang tuanya.2

Anak-anak memiliki cara pendekatan tersendiri yang berbeda dengan orang dewasa dan memiliki cara berkomunikasi yang berbeda juga.1

 Kerjasama antar komponen Pedodontic Treatment Triangle yaitu: pasien anak, dokter gigi dan orang tua mutlak diperlukan. Tingkah laku orangtua merupakan hal yang penting antara hubungan interpersonal anak yang mempengaruhi respon tingkah laku anak tersebut terhadap perawatan gigi. Pada berbagai motif dan situasi, orangtua mengambil sikap ekstrim yang berbeda-beda terhadap anaknya, sikap itu antara lain :

1.      Terlalu melindungi ( overprotection), sikap terlalu melindungi ditunjukan dengan terlalu mencampuri dan mendominasi anak oleh orangtuanya.
2.      Penolakan ( rejection), anak yang sedikit terabaikan oleh orang tuanya merasa rendah diri, dilupakan, pesimis dan memiliki rasa percaya diri yang rendah. Pada perawatan gigi anak seperti ini bisa menjadi tidak kooperatif, menyulitkan, dan susah diatur.
3.  Terlalu Cemas (overanxiety) sikap dari orangtua dengan perhatian yang berlebihan dan tidak semestinya pada anak, hal ini selalu diiringi dengan sikap terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi, atau terlalu ikut campur.
4.   Terlalu Mengidentifikasi (overidentification), jika si anak tidak mau mengikuti keinginannya, orangtua anak tersebut merasa dikecewakan. Umumnya tingkah laku anak tercermin dalam perasaan malu-malu, mengucilkan diri sendiri, pesimis dan tidak percaya diri.

  Relasi antar tiga komponen Pedodontic Treatment Triangle dalam penanganan pasien anak sangat berhubungan dengan interaksi ketiganya. Karena masing-masing komponen saling berinteraksi dan memiliki posisi tertentu dalam Pedodontic Treatment Triangle . Anak menjadi fokus dari dokter gigi dan dibantu oleh orang tua. Perawatan gigi anak akan dipusatkan pada orientasi anak sebagai pasien dan orangtuanya, dokter gigi akan bertindak untuk mengarahkan orangtua pada perawatan yang diindikasikan kepada anaknya.4

 Kunjungan pertama untuk anak dan orangtuanya pergi kedokter gigi sering kali hanyalah merupakan kunjungan perkenalan, yaitu memperkenalkan anak kepada dokter giginya dan lingkungan klinik. Hal ini penting agar anak merasa familiar dengan suasana praktek dokter gigi. Apabila anak merasa takut, tidak nyaman, atau tidak kooperatif, maka mungkin perlu dilakukan penjadwalan ulang. Kesabaran dan ketenangan orang tua dan komunikasi yang baik dengan anak sangatlah penting pada kunjungan ini. Kunjungan yang singkat dan berkelanjutan ditujukan untuk membangun kepercayaan anak pada dokter gigi dan lingkungan klinik, dan hal ini terbukti sangat berharga apabila anak nantinya membutuhkan perawatan.

Daftar Pustaka

1.       Chandra S. Textbook of community dentistry. 2nd ed. Delhi: Lordson Publisher (P) Ltd.; 2007. p. 78-95.
2.    Muthu MS, Sivakumar N. Pediatric dentistry principles & practice. 1st ed. Elsevier India Pvt. Limited; 2009. p. 2-6.
3.        Rao A. Principles and practice of pedodontics. 2nd. New Delhi: Jaypee Brother (P) Ltd.; 2008. p. 5-11.
4.      Tilakraj TN. Essentials of pedodontics. 1st ed New Delhi: Jaypee Brother (P) Ltd.; 2003. p. 12-37.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI SINGLE COMPLETE DENTUR

KATA SERAPAN