Dampak Oral Bad Habit
Dampak Oral Bad Habit
A.
Akibat Thumb/Finger Sucking1
Beberapa masalah yang dapat timbul akibat kebiasaan mengisap
ibu jari, seperti :
a)
Jari abnormal, dengan pengisapan yang terus menerus
terjadi hiperekstensi jari, terbentuk callus, iritasi, eksema, dan paronikia
(jamur kuku).
b)
Efek psikologis pada anak akan menimbulkan menurunnya
kepercayaan diri anak karena anak sering diejek oleh saudara atau orangtuanya.
c)
Keracunan tidak disengaja, anak yang mengisap ibu jari
terpapar tinggi terhadap keracunan yang tidak disengaja, misalnya keracunan Pb.
d) Resiko
infeksi saluran cerna meningkat.
e)
Masalah gigi, bila kebiasaan ini bertahan sampai umur 4
tahun maka akan menyebabkan maloklusi gigi susu dan permanen, juga dapat
menyebabkan masalah pada tulang-tulang di sekitar mulut. Resiko tinggi
ditemukan pada anak yang mengisap ibu jari pada waktu siang dan malam.
Kebiasaan mengisap jari atau benda-benda lain dalam waktu
yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi. Kebiasaan mengisap jari pada
fase geligi sulung tidak mempunyai dampak pada gigi permanen bila kebiasaan
tersebut telah berhenti sebelum gigi permanen erupsi. Bila kebiasaan ini terus
berlanjut sampai gigi permanen erupsi akan terdapat maloklusi dengan
tanda-tanda berupa incisivus atas proklinasi dan terdapat diastema, lengkung
atas sempit, protrusi
gigi anterior rahang atas, incisivus rahang bawah retrusi atau sedikit
berdesakan, prognatik segmen premaksila, retrognatik mandibula, overjet besar,
gigitan terbuka anterior, palatum tinggi, dan gigitan silang posterior
bilateral. Maloklusi yang terjadi ditentukan oleh jari mana yang diisap dan
bagaimana pasien meletakkan jarinya pada waktu mengisap.
Gambar 1.
Kebiasaan mengisap ibu jari menyebabkan openbite anterior
B. Akibat
Lip Sucking/Lip Biting1
Kebiasaan mengisap atau
menggigit bibir bawah akan mengakibatkan hipertonicity otot-otot mentalis.
Kebiasaan buruk dapat menjadi faktor utama atau merupakan faktor yang kedua.
Kebiasaan mengisap bibir yang menjadi faktor utama akan terdapat overjet yang
besar dengan gigi anterior rahang atas condong ke labial dan gigi anterior
rahang bawah condong ke lingual diikuti perbedaan skeletal yang ringan.
Kebiasaan mengisap bibir mengakibatkan overjet normal. Kebiasaan mengisap bibir
sebagai faktor kedua biasanya terjadi disebabkan oleh perbedaan sagital,
seperti retrognatik mandibula. Inklinasi gigi incisivus rahang atas bisa normal
dan jarak antara gigi rahang atas dan rahang bawah terjadi setelah proses
adaptasi.
Kebiasaan mengisap bibir
bawah dapat menyebabkan proklinasi incisivus atas disertai jarak gigit yang
bertambah, retroklinasi incisivus bawah, gigitan terbuka (openbite), protrusi
gigi anterior rahang atas, retrusi gigi anterior rahang bawah, inflamasi
jaringan lunak, dan bekas gigi pada bibir bawah merah meradang.
C.
Akibat Tongue Thrust2
Beberapa masalah yang ditimbulkan akibat tongue thrust,
antara lain :
a)
Anterior openbite
merupakan kasus yang paling umum terjadi akibat tongue thrust. Dalam kasus
ini, bibir depan tidak menutup dan anak sering membiarkan mulutnya terbuka
dengan posisi lidah lebih maju daripada bibir. Secara umum, lidah yang
berukuran besar biasanya disertai menjulurkan lidah. Openbite anterior pada
umumnya mengakibatkan gangguan estetik, pengunyahan maupun gangguan dalam
pengucapan kata-kata yang mengandung huruf “s”, “z”, dan “sh”.
b)
Anterior thrust. Gigi incisivus atas sangat menonjol
dan gigi incisivus bawah tertarik ke dalam oleh bibir bawah. Jenis ini paling
sering terjadi disertai dengan dorongan M.mentalis yang kuat.
c)
Unilateral thrust. Secara karakteristik, ada gigitan
terbuka pada satu sisi.
d) Bilateral
thrust. Gigitan anterior tertutup namun gigi posterior dari premolar pertama ke
molar dapat terbuka pada kedua sisinya. Kasus seperti ini pada umumnya sangat
sulit untuk dikoreksi.
e)
Bilateral anterior openbite, dimana hanya gigi molar
yang berkontak. Pada kasus ini ukuran lidah yang besar juga mempengaruhi.
f)
Closed bite thrust menunjukkan protrusi ganda yang
berarti gigi-gigi rahang atas maupun rahang bawah mengalami gigitan yang
terbuka lebar.
D.
Akibat Mouth Breathing3
Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan oleh kebiasaan
bernafas melalui mulut pada anak-anak antara lain:
a)
Bibir rahang atas dan rahang bawah tidak menutup
sempurna
Pada bibir penderita pernafasan mulut nampak agak terbuka
untuk memungkinkannya bernafas. Adaptasi mulut untuk pernafasan mulut yang
kronis dapat terjadi perubahan dimana bibir atas dan bibir bawah berada dalam
posisi terbuka, akibatnya penderita akan mengalami kesulitan dalam menelan
makanan yang masuk ke dalam mulut.
b)
Adenoid facies
Hal ini ditandai dengan penyempitan lengkung rahang atas,
hipertrofi dan keringnya bibir bawah, hipotonus bibir atas dan tampak memendek,
tampak adanya overbite yang nyata. Dikarenakan adanya fungsi yang abnormal,
penderita pernafasan mulut memiliki karakteristik seperti postur mulut terbuka,
lubang hidung mengecil dan kurang berkembang, arkus faring tinggi dan pasien
tampak seperti orang bodoh.
Gambar 6. Anak
dengan wajah adenoid. Ciri khas anak yang bernafas melalui mulut
Akibat dari fungsi yang abnormal ini, anak-anak yang bernafas
dengan mulut beresiko mengembangkan suatu tipe perkembangan wajah yang disebut
“wajah adenoid” atau sindrom muka panjang. Individu ini dapat ditandai dengan
posisi mulut yang terbuka, nostril yang kecil dan kurang berkembang, bibir atas
yang pendek, “gummy smile”, ketinggian muka vertikal yang meningkat pada 1/3
wajah bagian bawah, ketinggian dentoalveolar yang berlebihan, dan palatum yang
dalam. Selain itu terjadi gingivitis marginal anterior di sekitar gigi
anterior.
c)
Maloklusi
d) Gigitan
terbuka (openbite)
Pada pernafasan mulut, posisi
mandibula lebih ke distal mengakibatkan gigi incisivus bawah beroklusi dengan
rugae palatum. Ketidakteraturan gigi geligi juga dapat ditemui pada maksila
yang kurang berkembang, utamanya pada segmen anteromaksiler serta lengkung
basal yang sempit.
Bernafas melalui mulut yang kronis secara jelas akan merubah
keadaan gigi geligi dan lengkung gigi. Individu yang bernafas melalui mulut
menunjukkan anterior crossbite, tendensi openbite, lengkung dental atas sempit,
meningkatnya overjet dan timbul notching pada bibir atas. Kelainan klinis yang
paling sering terlihat pada individu yang bernafas melalui mulut adalah
retrognati mandibula, dataran mandibula yang curam dan sudut gonial bertambah
besar, protrusi gigi anterior maksila, palatal vault yang tinggi, anterior
openbite, posterior crossbite, konstriksi lengkung maksila berbentuk V, bibir
atas flasid atau hipotonus, bibir bawah hipertrofi, dan penampilan wajah yang
bodoh dengan postur mulut terbuka.
Walaupun sering
dijumpai tanda-tanda klinis pada individu yang bernafas melalui mulut, tetapi
hubungan sebab akibat antara perubahan cara bernafas dengan kelainan
perkembangan dentofasial yang terjadi masih belum jelas karena perkembangan
dentofasial dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti genetik dan lingkungan.
E. Akibat
Bruxism4
Bruxism dapat
menyebabkan aus permukaan gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah, baik itu
gigi susu maupun gigi permanen. Lapisan
email yang melindungi permukaan atas gigi hilang, sehingga dapat timbul rasa
ngilu pada gigi-gigi tersebut. Bila kebiasaan ini berlanjut terus dan
berlangsung dalam waktu lama, dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
periodontal, terjadi pada pasien dengan bentuk tonjol
yang curam, luka pada
periodonsium, pulpitis, kadang-kadang
disertai peningkatan derajat mobilitas gigi yang terlibat, maloklusi, patahnya gigi akibat
tekanan yang berlebihan, dan kelainan pada sendi temporomandibular joint.
Bruxism dapat
menyebabkan hipersensitivitas
termal gigi, hipermobilitas gigi, mengauskan email gigi, fraktur gigi, cedera pada ligamen periodontal dan periodonsium,
hypercementosis, katup retak dan pulpitis, nekrosis pulpa. Gigi
yang bersangkutan biasanya juga memberikan suara perkusi yang tidak nyaring dan
terasa sakit untuk menggigit terutama pada waktu pagi hari, disfungsi dari sendi rahang dan juga bisa terjadi sakit kepala berulang.
Komplikasi lainnya
adalah kerusakan pada struktur sekitar gigi, yang meliputi resesi dan radang
gusi, resorpsi tulang alveolar, hipertrofi otot-otot pengunyahan dapat terjadi,
dan bruxism sering dikaitkan dengan nyeri wajah.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Shahraki N. Abnormal oral
habits: A review. J of Den and Oral Hyg 2012:
4(2):12-15
2.
Tarvade SM., Ramkrishna S, Tongue thrusting habit: A review.
Int J Contemp Dent Med Rev, Vol. 2015:14
3.
Farouq Shah A. Oral habits and their implication. Ann
Med 2014; 1: 179 – 186.
4. Antonio
AG. Bruxism in Children: A Warning Sign for Psychological Problems. J Can Dent
Assoc 2006; 72(2):155–60
Komentar
Posting Komentar